ahlanwasahlan

ahlanwasahlan di blog nomiee

Rabu, 13 Januari 2010

(Sebelum) Terlambat Mengenalmu, Ibu...

(Sebelum) Terlambat Mengenalmu, Ibu...
Penulis : Meralda Nindyasti

Rabb, dahulu, saat awal penciptaanku, aku takut turun ke bumi. Aku takut sendiri. Tapi Kau menjanjikan aku, bahwa di bumi nanti, akan ada malaikat yang selalu menjagaku dengan kelembutan dekapannya, bahkan sampai rela mengorbankan jiwanya.

Dahulu, aku takut turun ke bumi. Aku khawatir bahwa bumi tak seindah surga. Tapi, Allah menjanjikan aku, bahwa di bumi nanti, akan ada malaikat yang mengajakku menikmati indahnya dunia dengan iman.

Dahulu, aku takut turun ke bumi. Aku takut tidak bisa berjumpa denganMu lagi. Tapi Allah menjanjikanku, bahwa nanti di bumi, akan ada malaikat yang membimbingku tuk mengenal Islam.

Duhai jiwa, terkenanglah kembali sosok malaikat itu. Ibu...


Remajaku dulu, aku masih belum mengenal bahasa penjagaanmu padaku. Kau larang aku pergi malam, kau menyuruhku tuk tetap tinggal, menemanimu yang tengah sendiri di rumah. Tapi aku lebih memilih keceriaan bersama teman. Aku lebih memilih kebersamaan bersama mereka.

Duhai Ibu, sekali lagi, maafkan Lahirku ke dunia, berhutang darah dan nyawa pada ibuku. Perjuangan yang melalui garis batas antara hidup dan mati. Pengorbanan yang bukan dilakukan oleh pria yang gagah-perkasa, tapi oleh wanita dengan segala kelemahannya.

Ibu, maafkan aku...

Lahirku ke dunia, belum mengenal rintihan sakit yang kau derita. Lahirku ke dunia, belum mengenal hebatnya perdarahan yang kau alami. Dan lahirku di dunia pun, belum mengenal perih yang kau rasa.

Ibu, maafkan aku...

Kecilku dulu, aku belum mengenal kantukmu yang terbangun karena tangisanku. Pun aku belum mengenal lelahmu merawat dan membesarkanku. Ya, aku masih belum mengenal air mata yang selalu mengalir tiap saat kau mendo'akanku.

Ibu, maafkan aku...

Saat ku mulai bersekolah, aku masih saja belum menyadari bahwa kenakalanku cukup menguras kesabaranmu. Kejengkelan hatiku saat kanak-kanak dahulu, pernah berbuah bentakan padamu. Ibu, aku belum menyadari bahwa hatimu terluka, teriris perih, tapi kau tetap membelaiku lembut tanpa ada beda dari sebelumnya. Kontras dengan kerasnya intonasi ucapanku saat itu padamu.

Ibu, maafkan aku...
anakmu, aku belum mengerti betapa berharganya kehadiranmu dalam segmen-segmen hidupku.
***

Mendungnya kota Malang sore ini, mengajak hatiku tuk merindu. Kelembutan awan kali ini, mengingatkanku akan kelembutan kasih sayang ibu. Keteduhan langit kali ini, membawaku teringat kembali akan keteduhan sorot mata ibu. Dingin yang kurasa ini, mengingatkanku akan hangatnya pelukan ibu.

Rabb, aku tak ingin mengenalnya kala ia telah tiada. Dewasaku kini, tak ingin terlambat mengenalnya. Aku tak ingin terlambat lagi memahami kasih sayang, pengorbanan, dan ketulusannya.

Jauh di sana, ada ibu yang menanti kepulanganku. Jauh di sana, ada ibu yang rindu mendekapku. Jauh di sana, ada ibu yang menyaksikan tercerminnya kebahagiaan dari sorot mataku.

Ibu...

Jagalah ia selalu, Rabb. Cintailah ia melebihi cintanya padaku. Hadirkan selalu keridhaanMu, sebagaimana ia selalu menghadirkan kebahagiaan dalam relung jiwaku. Tuntunlah ia menapaki jalan syurgaMu, sebagaimana ia selalu menuntunku tuk semakin mengenalMu. Dan baikkanlah akhir hayatnya, Rabb, melebihi baiknya kemuliaan akhlak yang ia ajarkan padaku.

Perjalanan Hidup Itu Seperti Traffic Light

Perjalanan Hidup Itu Seperti Traffic Light

Penulis : Pretty Kurnia

Segalanya bisa berubah sewaktu-waktu tanpa dapat dicegah. Lampu yang semula hijau bisa berubah merah, lampu yang pada awalnya merah dalam hitungan waktu dapat berganti hijau. Semua berjalan silih berganti. Segala sesuatu yang semula terlihat positif bisa jadi negatif, pada akhirnya demikian pula sebaliknya, tanpa kita sangka sebelumnya. Kita hanya punya sedikit waktu pada saat lampu menyala kuning untuk menentukan pilihan, berhenti ataukah melanjutkan perjalanan.

Dalam perjalanan hidup, semua situasi itu pasti pernah kita alami. Oleh karenanya, perjalanan itu memerlukan konsentrasi tinggi dan juga kesadaran penuh. Masing-masing kita bertanggung jawab atas keselamatan diri dan juga kendaraan yang kita bawa.

Ada kalanya kita harus berhenti ketika lampu merah menyala dan menunggu adalah pilihan terbaik. Menunggu meski barang sejenak memang pekerjaan yang tidak menyenangkan, terlebih jika kita dikejar waktu untuk cepat sampai pada tujuan. Namun ketika kita nekat untuk melanjutkan perjalanan, bisa jadi kita malah tidak akan sampai pada tujuan.

Alih-alih bisa datang lebih cepat pada tempat tujuan, justru mungkin kecelakaan yang akan kita dapatkan karena melawan arus. Ataupun jika selamat, besar kemungkinan akan ditilang polisi karena pelanggaran yang kita lakukan. Belum ditambah omelan dan makian orang-orang yang merasa haknya sebagai sesama pengguna jalan terlanggar oleh sikap kita yang tergesa-gesa tanpa tahu aturan.

Pada lain kesempatan, mungkin kita dihadapkan pada lampu hijau. Pada saat itu pilihan terbaik adalah melanjutkan perjalanan. Tidak ada alasan bagi kita untuk berhenti, meski hanya sejenak. Ketika kita berhenti, kita hanya membuang waktu dan kesempatan yang ada di depan mata. Peluang itu tidak akan datang dua kali karena lampu merah telah menunggu untuk menggantikan. Pengguna jalan yang lain pasti juga merasa terganggu perjalanannya karena sikap kita.

Pada waktu yang lain, mungkin kita akan sampai pada lampu kuning. Pada saat itu kita dihadapkan pada pilihan. Kita mempunyai kesempatan untuk memilih berhenti atau bersegera melanjutkan perjalanan sebelum segalanya berubah. Masing-masing pilihan tentu memiliki konsekuensi. Konsekuensi bagi kita dan juga bagi perjalanan itu sendiri. Dan seringkali waktu tak memberi banyak kesempatan kita, berpikir terlalu lama dalam mengambil keputusan. Mungkin karena itulah hidup ini perlu peraturan.

Pergilah sedih, pergilah resah
Jauhkanlah aku dari salah prasangka
Pergilah gundah, jauhkan resah
Lihat segalanya lebih dekat,
Dan ku bisa menilai lebih bijaksana

Mengapa bintang bersinar
Mengapa air mengalir
Mengapa dunia berputar
Lihat segalanya lebih dekat
Dan ku akan mengerti

Tidak Menyiakan Waktu Orang Lain

Tidak Menyiakan Waktu Orang Lain
Penulis : Seriyawati

"Nanti kita ketemu jam 12:00 di sekitar bundaran itu ya," kata teman saya. Tetapi hampir mendekati jam satu, batang hidungnya pun tak terlihat. Di lain waktu, ada pula yang berkata, "Acaranya jam 11:00. Jangan datang terlambat ya." Acaranya saja mulai jam 11:00, katanya. Tentunya beberapa menit sebelum jam 11:00 orang-orang sudah ada di tempat. Tetapi sampai jarum panjang jam melewati angka tiga pun, masih belum terdengar suara detak sepatu mendekat.

Begitu pula pada suatu acara, penanggung jawab acara meminta kepada peserta agar jangan datang terlambat, tetapi panitianya sendiri datang terlambat. Sampai seorang anak berkata, "Nan da, dare mo inai jan..." (Apaan, ngga ada siapa-siapa lho ya...). Benar sekali, rasa kecewa tentu dirasakannya. Seorang anak belajar dari orang dewasa dan lingkungan. Sekali dua kali dia hanya melihat dan mengemukakan kekecewaannya. Lain waktu dia akan berkata, "Ngga usah cepat-cepat pergi deh. Paling-paling nanti juga nunggu lagi. Molor lagi..." Dia akan beradaptasi dengan keadaan dan lingkungan seperti itu.
***
Suatu hari, saya mengatakan kepada teman bahwa saya akan sampai di stasiun dekat rumahnya jam 10:14. Untuk sampai tepat waktu, maka saya harus naik kereta listrik yang berangkat jam 09:55. Di tengah jalan, saya baru ingat kalau saya meninggalkan catatan kecil jam berangkat dan ganti kereta. Dan ternyata saya juga lupa menaruh botol minuman ke dalam tas. "Ah, coba seandainya tadi kembali ke rumah buat ngambil catatan kecil, mungkin botol minuman pun akan teringat. Toh, bisa naik kereta berikutnya yang jam 10:05. Ngga apa-apalah terlambat 10 menit," gumam saya sambil menunggu kereta tiba.

Seandainya saya memutuskan kembali ke rumah dan terlambat dari janji bertemu teman, mungkin teman saya akan bisa maklum dan memaafkan keterlambatan saya. Untaian kata-kata pembelaan diri pun siap terucap, "Maaf ya, terlambat. Saya ketinggalan ini itu." Atau, "Maaf, saya terlambat. Kereta listriknya cepat sekali menutupkan pintunya sebelum saya masuk." Atau kalimat lainnya. Tetapi dengan begitu, saya akan membuatnya menunggu. Saya akan menyiakan waktunya.
***
Saya selalu datang tepat waktu? Tidak. Saya pun kadang datang terlambat. Apalagi kalau pergi dengan anak-anak yang belum terbiasa mengejar kereta, gesit menuruni anak tangga, atau memutar tubuh saat tikungan. Mereka pun belum terbiasa melarikan kaki secepat mungkin bila terdengar tanda kereta akan tiba. Maka siasat mempercepat waktu berangkat, menunda pekerjaan rumah, ataupun mengorbankan belanja keperluan dapur yang sedang dijual murah adalah langkah yang saya pilih agar tidak terlambat.

Saya tak ingin membuat orang lain menunggu. Meragukan ucapan saya di lain waktu, terlebih lagi saya tidak mau menyiakan waktu orang lain, karena saya tak ingin orang lain menyiakan waktu saya. Bukankah kita kadang bergumam saat waktu yang ditentukan sudah lewat? "Hah... Mendingan tadi beres-beres rumah dulu." Atau, "Coba tadi cuciannya dijemur dulu, entar pulang sudah kering..." Atau, "Lebih baik tadi belanja dulu, hari ini harga telur dan susu pas lagi murah. Haaahhh..." Kecewa, resah, kesal, bahkan perasaan marah pun mungkin sekali dirasakan orang yang menunggu lebih dari waktu kesepakatan.

Kebiasaan membuat orang lain menunggu tidaklah pantas disuburkan. Bukankah menyiakan waktu orang lain sama dengan kita berbuat dzalim kepadanya? Waktu berharga bagi kita, begitu juga bagi orang lain. "Manfaatkanlah lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan; Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakit, kayamu sebelum miskin, masa luangmu sebelum sibuk, hidupmu sebelum mati." (HR. Al-Hakim).
Wallahu a'lam bishshawwab.

malam pertama

Malam Pertama
________________________________________
Satu hal sebagai bahan renungan kita...
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawiah semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam dan Hawa

Justru malam pertama 'perkawinan' kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu...mempelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan

Seluruh badan kita terbuka....
Tak ada sehelai benangpun menutupinya..
Tak ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan

Bahkan lubang ? lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok kita....
Itulah jasad kita waktu itu

Setelah dimandikan...,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih

Kain itu ...jarang orang memakainya..
Karena bermerk sangat terkenal, yaitu Kafan

Wewangian ditaburkan ke baju kita...
Bagian kepala..,badan..., dan kaki diikatkan

Tataplah....tataplah...itulah wajah kita

Keranda pelaminan... langsung disiapkan

Pengantin bersanding sendirian...

Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga

Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita
Diiringi langkah gontai seluruh keluarga

Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah kudus

Akad nikahnya bacaan talkin...
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan..yang tlah tiba duluan

Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan

dan akhirnya.....
Tiba masa pengantin..
Menunggu dan ditinggal sendirian...
Tuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan

Malam pertama bersama 'kekasih'..
Ditemani rayap - rayap dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah tlah pergi....
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat...
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah kita kan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu...dan tak seorangpun yang tahu....
Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan....
Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima
Kita sungkan sekali meneteskan air mata...
Seolah barang berharga yang sangat mahal...

Inilah masa menunggu sebelum tibanya hari akhir dari segala-galanya..
Akankah sejak malam ini kita menunggu untuk ke surga atau ke neraka..
Mungkin tak pantas kita rasanya menjadi ahli syurga...
Tapi....tapi ....sanggupkah kita menjadi ahli neraka...


Wahai Sahabat...mohon maaf...jika malam itu aku tak menemanimu

Bukan aku tak setia...
Bukan aku berkhianat....
Tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan
Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga

Aku berdo'a...semoga kita bisa khusnul khotimah sehingga jadi ahli
syurga.

Amien....
yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu...mempelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan

Seluruh badan kita terbuka....
Tak ada sehelai benangpun menutupinya..
Tak ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan

Bahkan lubang ? lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok kita....
Itulah jasad kita waktu itu

Setelah dimandikan...,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih

Kain itu ...jarang orang memakainya..
Karena bermerk sangat terkenal, yaitu Kafan

Wewangian ditaburkan ke baju kita...
Bagian kepala..,badan..., dan kaki diikatkan

Tataplah....tataplah...itulah wajah kita

Keranda pelaminan... langsung disiapkan

Pengantin bersanding sendirian...

Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga

Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita
Diiringi langkah gontai seluruh keluarga

Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah kudus

Akad nikahnya bacaan talkin...
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan..yang tlah tiba duluan

Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan

dan akhirnya.....
Tiba masa pengantin..
Menunggu dan ditinggal sendirian...
Tuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan

Malam pertama bersama 'kekasih'..
Ditemani rayap - rayap dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika 7 langkah tlah pergi....
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat...
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah kita kan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu...dan tak seorangpun yang tahu....
Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan....
Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima
Kita sungkan sekali meneteskan air mata...
Seolah barang berharga yang sangat mahal...

Inilah masa menunggu sebelum tibanya hari akhir dari segala-galanya..
Akankah sejak malam ini kita menunggu untuk ke surga atau ke neraka..
Mungkin tak pantas kita rasanya menjadi ahli syurga...
Tapi....tapi ....sanggupkah kita menjadi ahli neraka...


Wahai Sahabat...mohon maaf...jika malam itu aku tak menemanimu

Bukan aku tak setia...
Bukan aku berkhianat....
Tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan
Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga

Aku berdo'a...semoga kita bisa khusnul khotimah sehingga jadi ahli
syurga.

Amien....

MUJAHIDAH DARI BUMI JIHAD

"MUJAHIDAH DARI BUMI JIHAD.." Puisi kiriman seorang Akhwat yang tidak mau disebut namanya

Aku Wanita Mujahidah Sejati...
Yang tercipta dari tulang rusuk lelaki yang berjihad..
Bilakah khan datang seorang peminang menghampiriku mengajak tuk berjihad..
Kelak ku akan pergi mendampinginya di bumi Jihad..
Aku selalu siap dengan semua syarat yang diajukannya..
cinta Allah, Rasul dan Jihad Fisabilillah
Aku rela berkelana mengembara dengannya lindungi Dienullah
Ikhlas menyebarkan dakwah ke penjuru bumi Allah
Tak mungkin ku pilih dirimu..bila dunia lebih kau damba..
Terlupa kampung halaman, sanak saudara bahkan harta yang terpendam..
Hidup terasing apa adanya.. asalkan di akhirat bahagia..
Bila aku setuju dan kaupun tidak meragukanku..
Bulat tekadku untuk menemanimu..
Aku Wanita mujahidah pilihan..
Yang mengalir di nadiku darah lelaki yang berjihad..
Bilakah khan datang menghampiriku seorang peminang yang penuh ketawadhu`an..
Kelak bersamanya kuarungi bahtera lautan jihad..
Andai tak siap bisa kau pilih..
Agar kelak batin, jiwa dan ragamu tak terusik,
terbebani dengan segala kemanjaanku, kegundahanku, kegelisahanku..
terlebih keluh kesahku..
Sebab meninggalkan dakwah karena lebih mencintaimu..
dan menanggalkan pakaian taqwaku karena laranganmu...
Tak mungkin aku memilihmu...
bila yang fana lebih kau cinta..
Lupa akan kemilau dunia dan remangnya lampu kota..
lezatnya makanan dan lajunya makar durjana..
Meniti jalan panjang di medan jihad..
Yang ada hanya darah dan airmata tertumpah..
serta debu yang beterbangan,
keringat luka dan kesyahidan pun terulang..
Jika masih ada ragu tertancap dihatimu..
Teguhkan `azzam`ku tuk lupa akan dirimu..
Aku wanita dari bumi Jihad..
Dengan sekeranjang semangat berangkat ke padang jihad...
Persiapkan bekal diri menanti pendamping hati, pelepas lelah serta kejenuhan..
tepiskan semua mimpi yang tak berarti...
Adakah yang siap mendamaikan Hati ??????
Karena tak mungkin kulanjutkan perjalanan ini sendiri..
tanpa peneguh langkah kaki.. pendamping perjuangan..
Yang melepasku dengan selaksa do`a..
meraih syahid.. tujuan utama..
Robbi.. terdengar panggilanMu tuk meniti jalan ridhoMu..
Kuharapkan penolong dari hambaMu... menemani perjalanan ini..

sumber : dari catatan facebook




untuk ikhwan dan akhwat

untuk para ikhwan dan akhwat


Dia yang diambil dari tulang rusuk. Jika Tuhan memersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka itu akan menjadi saling melengkapi.


Dialah penolongmu yang sepadan, bukan lawan yang sepadan. Ketika pertandingan dimulai, dia tidak berhadapan denganmu untuk melawanmu, tetapi dia akan berada bersamamu untuk berjaga-jaga di belakang saat engkau berada di depan, atau segera mengembalikan bola ketika bola itu terlewat olehmu, dialah yang akan menutupi kekuranganmu.


Dia ada untuk melengkapi yang tak ada dalam laki-laki: perasaan, emosi, kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, mengurusi hal-hal yang kadang dianggap sepele.. hingga ketika kau tidak mengerti hal-hal itu, dialah yang akan menyelesaikan bagiannya... sehingga tanpa kau sadari ketika menjalankan sisa hidupmu... kau menjadi lebih kuat karena kehadirannya di sisimu.

Jika ada makhluk yang sangat bertolak belakang, kontras dengan lelaki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukkan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan.


Ia tidak butuh argumentasi hebat dari seorang laki-laki... tetapi ia butuh jaminan rasa aman darinya karena ia ada untuk dilindungi.. .. tidak hanya secara fisik tetapi juga emosi. Ia tidak tertarik kepada fakta-fakta yang akurat, bahasa yang teliti dan logis yang bisa disampaikan secara detail dari seorang laki-laki, tetapi yang ia butuhkan adalah perhatiannya. .. kata-kata yang lembut... ungkapan-ungkapan sayang yang sepele...
namun baginya sangat berarti... membuatnya aman di dekatmu....


Batu yang keras dapat terkikis habis oleh air yang luwes, sifat laki-laki yang keras ternetralisir oleh kelembutan perempuan. Rumput yang lembut tidak mudah tumbang oleh badai dibandingkan dengan pohon yang besar dan rindang... seperti juga di dalam kelembutannya di situlah terletak kekuatan dan ketahanan yang membuatnya bisa bertahan dalam situasi apapun.


Ia lembut bukan untuk diinjak, rumput yang lembut akan dinaungi oleh pohon yang kokoh dan rindang. Jika lelaki berpikir tentang perasaan perempuan, itu sepersekian dari hidupnya.... tetapi jika perempuan berpikir tentang perasaan lelaki, itu akan menyita seluruh hidupnya...

Karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki- laki, karena perempuan adalah bagian dari laki-laki... apa yang menjadi bagian dari hidupnya, akan menjadi bagian dari hidupmu. Keluarganya akan menjadi keluarga barumu, keluargamu pun akan menjadi keluarganya juga. Sekalipun ia jauh dari keluarganya, namun ikatan emosi kepada keluarganya tetap ada karena ia lahir dan dibesarkan di sana .... karena mereka, ia menjadi seperti sekarang ini. Perasaannya terhadap keluarganya, akan menjadi bagian dari perasaanmu juga... karena kau dan dia adalah satu.... dia adalah dirimu yang tak ada sebelumnya.

Ketika pertandingan dimulai, pastikan dia ada di bagian lapangan yang sama denganmu.

petang November 5 at 11:26am
Dari seorang teman wanita, agar kami(adam) mengerti arti hadir mereka

sumber : dari catatan facebook

Ya... (Tips Menjadi Wanita Paling Bahagia di Dunia)

Ya... (Tips Menjadi Wanita Paling Bahagia di Dunia)
Penulis : DR. Aidh al-Qarni

www.KotaSantri.com

Ya... Untuk senyummu yang cantik, yang mengirimkan cinta, dan mengutus kasih sayang bagi orang lain.

Ya... Untuk kata-katamu yang baik, yang membangun persahabatan dan menghapuskan rasa benci.

Ya... Untuk sedekahmu yang dikabulkan, yang membahagiakan orang-orang miskin, menyenangkan orang-orang kafir, dan mengenyangkan orang-orang lapar.

Ya... Untuk kesediaanmu duduk bersama Al-Qur'an seraya membaca, merenungi, dan mengamalkannya, sambil bertaubat dan beristighfar.

Ya... Untuk kesediaanmu berdzikir, beristighfar, tenggelam dalam doa, dan senantiasa memperbaiki taubatmu.

Ya... Untuk usahamu dalam mendidik anak-anakmu dengan agama, sunnah, dan nasihat yang bermanfaat bagi mereka.

Ya... Untuk rasa malumu dan hijab (penutup aurat) yang diperintahkan Allah, karena hanya itulah cara untuk menjaga dan memelihara dirimu.

Ya... Untuk pergaulanmu dengan wanita-wanita yang baik dan takut kepada Allah, mencintai agama dan menghormati nilai-nilainya.

Ya... Untuk baktimu terhadap orangtua, silaturahim pada saudaramu, menghormati tetangga, dan menyantuni anak-anak yatim.

Ya... Untuk membaca sesuatu yang bermanfaat dengan menelaah buku yang menarik dan berfaedah, buku yang menyenangkan dan memberi tuntunan.


Diperbarui sekitar 2 bulan yang lalu · ·

Muhasabah Seorang Wanita Shalihah

Muhasabah Seorang Wanita Shalihah
Penulis : Anisa Riyanti

KotaSantri.com :

Jadilah seorang wanita shalihah,
Yang hatinya dibalut rasa taqwa kepada Allah,
Yang jiwanya penuh penghayatan terhadap Dien Allah,
Yang senantiasa haus dengan ibadah kepada Allah,
Yang senantiasa dahaga akan mengharap ridha Allah
Yang sholatnya adalah bekal dirinya,
Yang tidak pernah takut untuk berkata benar,
Yang tidak pernah gentar untuk melawan nafsu,
Yang senatiasa bersama para mujahiddah Allah

Jadilah seorang wanita shalihah
Yang menjaga tutur katanya,
Yang tidak bermegah dengan ilmu yang dimilikinya,
Yang tidak bermegah dengan harta dunia yang dicarinya,
Yang senatiasa berbuat kebajikan karena sifatnya yang penyayang,
Yang mempunyai ramai kawan dan tidak mempunyai musuh yang bersifat jahat

Jadilah seorang wanita shalihah
Yang menghormati suaminya.
Yang senantiasa berbakti kepada orangtua dan keluarga,
Yang bakal menjaga kerukunan rumahtangga,
Yang akan mendampingi suami dalam mendidik anak-anaknya untuk mendalami Islam,
Yang mengamalkan hidup penuh kesederhanaan,
Karena dunia baginya adalah rumah sementara menuju akhirat.

Jadilah seorang wanita shalihah,
Yang senatiasa bersedia untuk menjadi makmum imamnya
Yang hidup di bawah naungan Al-Qur'an dan qana'ah
Yang tidak dikotori dengan perhiasan dunia
Yang menjaga matanya dari berbelanja,
Yang sujudnya penuh kesyukuran dengan rahmat Allah ke atasnya.

Jadilah seorang wanita shalihah
Yang selalu menjaga lisan, penyayang keluarga & suaminya,
Matanya kepenatan karena membaca Al-Qur'an,
Suaranya lesu karena penat berzikir,
Tidurnya lelap dengan cahaya keimanan,
Bangunnya Subuh penuh kesigapan
Karena dia sadar betapa indahnya menjadi wanita sholihah melebihi perhiasan apapun didunia
Semakin sadar bertambah usianya bertambah kematangannya.

Jadilah seorang wanita shalihah
Yang senantiasa mengabdikan diri untuk menjadi mujahiddah Allah
Yang baginya hidup di dunia adalah ladang akhirat,
Yang mana buah kehidupan itu perlu dipelihara dan dijaga,
Agar tumbuh putik tunas yang bakal menjaga dirinya di alam baqa'
Meneruskan perjuangan Islam sebelum hari kemudian.

Jadilah seorang wanita shalihah
Yang tidak terpesona dengan buaian dunia,
Karena dia mengimpikan syurga Allah.

Semoga senantiasa dirahmatiNya...

Aamiin...

Allah Menjawab Do'a dengan CaraNya

Allah Menjawab Do'a dengan CaraNya

Penulis : Lara Octavini

Pada suatu hari, seorang wanita sedang mengajar keponakannya. Dia biasanya menyimak apa yang diajarkan bibinya, tetapi kali ini dia tidak bisa berkonsentrasi karena salah satu kelerengnya hilang. Tiba-tiba anak itu berkata, "Bi, bolehkan aku bersujud dan meminta kepada Allah untuk menemukan kelerengku?"
Ketika bibinya mengizinkan anak itu berlutut di kursinya, menutup matanya, dan berdo'a dengan sungguh-sungguh. Kemudian dia bangkit dan melanjutkan pelajaran.
Keesokan harinya, bibinya takut do'a keponakannya tidak terjawab dan dengan demikian melemahkan imannya. Dengan khawatir bertanya, "Sayang, apakah engkau sudah menemukan kelerengmu?"
"Tidak, bi," jawab anak itu. "Tetapi Allah telah membuatku tidak menginginkan kelereng itu lagi."
Alangkah indahnya iman anak itu. Allah memang tidak selalu menjawab do'a kita menurut kehendak kita, tetapi jika kita tulus berdo'a, Dia akan mengambil keinginan kita yang bertentangan dengan kehendakNYA. Masalah terbesar dari do'a adalah bagaimana membiarkannya mengalir dan mengizinkan Allah menjawab dengan caraNya.
Sungguh menjadi hak Allah untuk mengambil dan memberi. Segala sesuatunya telah ditentukan di sisi Allah, maka hendaklah kamu sabar dan mohonlah pahala pada Allah. (HR. Bukhari dan Muslim).
~ Diambil dari karya Gundolo Sosro dengan sedikit tambahan. ~


www.kotasantri.com

10 kuntum mawar untuk 10 tahun kesalahan...


10 kuntum mawar untuk 10 tahun kesalahan.. 10 tahun berselang....Tebal

Malam itu, engkau mendekatiku ketika siap ku rebahkan ragaku...
"Abi, boleh umi bertanya?"
Tanpa memandangnya,
"Ya, apa 'mi." helaku panjang.
"Umi minta maaf ya 'bi."
Kepalamu menunduk dalam, sempat kulihat matamu berkabut.
Perasaan aneh menyusup relung hatiku
"Apa 'mi, abi ngantuk. Kalau ada yg mau dibicarakan, ya cepat."
Setelah beberapa kali engkau menghela nafas dalam dalam, suaramu terdengar tercekat
" Siapa Jessica, 'bi?"
Suara itu pelan.. teramat pelan.. tapi gaungnya meluluh lantakkan gendang telingaku.
"Maksud umi apa?!!" Suara kerasku tak mampu menutupi getar kekhawatiranku.
Aku hanya mampu mencuri pandang pada wajah tirus itu... sangat tirus.
Ya Allah... mengapa baru kusadari bahwa dirinya terlihat sangat kurus.
"Tadi pagi ada telpon, 'bi".... Senyap... jantungku berdetam keras menyakiti ulu hatiku.
Sekelebat kekhawatiranku tadi pagi mulai menyeruak tajam.
Ketinggalan HP di rumah adalah sebuah bencana, terlebih dalam waktu 6 bulan terakhir.
Aku terdiam. Engkau menyeka matamu... selaput bening itu mulai luruh...
"Begitu umi angkat, dia langsung mengucap kata itu 'bi....."
Sontak aku menegakkan punggungku.
"Umi.... " parau suaraku hampir tak terdengar.
Tanganku meraih bahunya...
Tapi entah dari mana engkau dapatkan kekuatan itu,
untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun pernikahan kami,
engkau kibas lembut rengkuhanku dan menjauh.

"Dia bilang begini..."Morning darling Ayiiif... Jess pulang besok. Dah kangen banget sayang.."
Kepalaku serasa membesar, udara semakin tipis di sekitar.
Lalu dia berkata, "Ayif dah booking hotelnya kan, nginep ya.. temenin Jess....".
Seluruh darahku seperti tersirap habis seakan dicecap oleh dinding2 yang semakin menyempit.
Lalu semua yang terkeluar dari bibirmu umi, hanya seperti gaung yang meninggi dan menurun.
Kepalaku berputar... pandanganku mengabur.....
Putaran Waktu itu membawaku ke sebuah seminar yang mempertemukan ku dengan Jessica,
seorang wanita karir yang sangat sukses.. dan lajang.
Kecantikan rupa dan raganya meluruhkan segala iman di dada.
Pertemuan 5 hari itu berujung pada sebuah pelabuhan yang tak pernah ku sesali, sampai malam ini
ketika untuk pertama kalinya ku lihat umi... bidadari syurgaku.. menangis terseguk seguk.
Jangankan derai air mata...
kabut beningpun tak pernah kulihat di matanya setiap kali aku mengecewakannya....
Tapi malam ini, kesedihannya terjun bebas ke muara lautan air mata....
Satu kuntum Mawar untuk satu kesalahan....

Dengan seluruh kekuatanku yang masih tersisa,
kurengkuh tubuh kurus itu.
Aku tersengat dengan kenyataan betapa kecilnya tubuh itu...
Umi... oh... umi... apa yang telah kuperbuat terhadapmu???
Aku menangis di pundak kurusnya.
Tak mampu mengeluarkan suara, bahkan sepatah kata maaf sekalipun.
Di antara wajah mu yang basah kuyup oleh keringat dan air mata,
bidadari syurgaku menyeruak dengan kalimat yang tak pernah ingin kudengar seumur hidupku.
"Nikahi dia 'bi... Jangan tambah dosamu lagi... umi ikhlas...."

IKHLAS... sebuah kata yang sangat engkau cintai.....
IKHLAS... sebuah kata penguat hatimu...
IKHLAS... sebuah kata pelindung nestapa dan sepimu....

Umi...
Di pagi itu..
ku temui dirimu masih berbalut mukena satin putih yg berenda mawar merah muda.
Bersila di atas sajadah putih berhias masjid berwarna merah lembut.
Mendekap mushaf merah jambumu yang sudah begitu lusuh.
Tubuh lemahmu bersandar pada tepian pembaringan.

Rupanya... hatiku berdetak kencang.
Engkau tidak tidur setelah tahajud yang kita lalui bersama.
Engkau tak terpejam seusai mengusap kepalaku, mengecup pipiku dan menerima peenyesalan dalamku.
Engkau tidak terlelap umi.....
Engkau telah pulang menuju Kekasih Sejatimu.
Melangkah ringan meninggalkan semua derita yang tak ada pupus pupusnya.
Menyapu semua airmata kelelahanmu selama berdampingan dengan pengabaianku.

Umi... tangisku mungkin terdengar hingga ke seluruh alam raya pagi itu.
Bagaimana mungkin engkau meninggalkan ku
ketika aku telah berjanji untuk menanam kembali benih cinta kita,
menyuburkannya dengan ibadah2 berjamaah yang terlalaikan,
menyiraminya dengan berkasih sayang yang dulu sangat kita sukai.
Bagaimana mungkin engkau membiarkan ku berjalan sendiri dalam penyesalan pekat ini???


Umi... 10 kuntum Mawar di atas pusaramu ini...
adalah citraan atas 10 tahun kesalahanku selama berdampingan denganmu.
Indahnya takkan menggantikan kecantikan hatimu...
Wanginya takkan menggantikan keindahan akhlakmu....
Segarnya takkan menggantikan keteguhan imanmu....

Umi... 10 kuntum Mawar di atas pusaramu ini...
Takkan mampu menggantikan kekosongan hatiku....
Sebelas tahun setelah engkau pergi...
Setiap minggu...
10 kuntum mawar yang ku letakkan di pusaramu...
Takkan mampu menggantikan apapun.....
Takkan.... Sampai kapanpun....
karna, penyesalan itu mematri sebegitu dalam di hatiku....

sumber : catatan dr salah teman di facebook

Selasa, 12 Januari 2010

papa i love you

Papa I Love You

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.



Lalu bagaimana dengan Papa?



Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,

tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?



Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,

tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?



Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......



Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...

Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,

Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.



Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.

Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"

Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?



Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :

"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".

Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.



Ketika kamu sudah beranjak remaja....



Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..



Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?



Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')

Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..

Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?



Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.

Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...

Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...

Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?

"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"



Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.

Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...

Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa



Ketika kamu menjadi gadis dewasa....



Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...

Papa harus melepasmu di bandara.

Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?

Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .

Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.

Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".

Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.



Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.

Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.



Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"

Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?



Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.

Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.

Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"



Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.

Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Papa tahu.....

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.



Dan akhirnya....

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?

Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....

Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....

Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."



Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....

Papa telah menyelesaikan tugasnya....



Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...

Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

dikutip dari : catatan salah satu teman di facebook